Saturday, February 5, 2011

Dari Jazz untuk Maestro Kendang Tunggal

The more you understand about any subject, the more interesting it becomes. As you read this article you'll find that the subject of mobil keluarga ideal terbaik indonesia is certainly no exception.
Dung...tung plak gendang dung...  

Satu ditambah satu sama dengan dua, dua ditambah dua sama dengan empat. Empat di tambah empat sama dengan delapan,delapan diambil lima sama dengan tiga. ..

Mari kawan belajar sinau...(ayo ayo ayo). Yen sinau kuwi nuntut ilmu, y en wis pinter cita-cita dadi guru, bayarane nggo tuku terwelu.

Satu ditambah satu sama dengan dua, dua ditambah dua sama dengan empat. Empat di tambah empat sama dengan delapan, delapan ditambah delapan sama dengan salep delapan-delapan 

...tak tak tung plang dung... 

Lantunan syair nakal dengan iringan kendang keluar lancar dari mulut Sujud Sutrisno (58), seniman sekaligus pengamenjalanan Yogyakarta. Kejenakaan cengkok lagu Sujud sama sekali tak berubah, begitu juga permainan kendang tunggalnya yang tangkas.

Namun, sorot mata Sujud kali ini berbeda. Kelopak matanya terbuka, tapi pandangannya kosong, seolah tak peduli dengan kerumunan penonton di hadapannya.

Sebulan sudah, maestro kendang tunggal, Sujud Sutrisno buta.Dokter mengatakan, kornea mata duda dua anak ini rusak dan harus segera dioperasi.

Setelah tak bisa lagi melihat, praktis kegiatan ngamen danmanggung (tampil di panggung) Sujud berhenti. Repotnya, Sujud sama sekali tak punya uang untuk biaya operasi kedua matanya.

Situasi inilah yang menggerakkan para seniman Yogyakarta untuk menggelar malam penggalangan dana di acara Jazz mBen Senen (Jazz tiap hari Senin) di Pasar Yakopan Bentara Budaya Yogyakarta.Bagi para seniman Yogyakarta, sosok Sujud sudah tak asing lagi. Pemain kendang satu ini sering berkolaborasi di beberapa acara budaya bersama para seniman-seniman kawakan.

Senin (31/1/2011) malam sekitar pukul 20.30, alunan musik jazz di halaman Bentara Budaya Yogyakarta mulai dilantunkan. Puluhan senimandan budayawan tampak hadir, mulai dari Djaduk Ferianto, Kelik Pelipur Lara, Marwoto, Rm Sindhunata, Joko Pekik, Gareng Rakasiwi, Joned, hingga Wisben.Di antara mereka, turut hadir pula Walikota Yogyakarta Herry Zudianto.

Tak tanggung-tanggung lima master of ceremony (MC) handal Yogyakarta memandu langsung acara yang dikemas dengan sangat sederhana namun meriah itu. Kelima MC itu adalah LusiLaksita, Gepeng, Hendro Plered, Bambang Gundul, dan Novi Kalur.

Silih berganti, berbagai komunitas seni dan grup musiktampil di acara Jazz mBen Senen, mulai dari mahasiswa-mahasiswa Institut Seni Surakarta yang menampilkan atraksi musik teatrikalJazztilan, grup hiphop Jogja Hip Hop Foundationdengan lagu andalannya Jogja Tetap Istimewa, Okta Perkusion, hingga Muci Choir.

Hopefully the information presented so far has been applicable. You might also want to consider the following:

Mewakili para seniman, di sela acara Djaduk Ferianto mengajak para seniman yang hadir dan para mahasiswa untuk menyisihkan sedikit uang untuk pembiayaan operasi mata Sujud. " Malam hari ini adalah malam khusus untuk Pak Sujud . Marilah kita berbagi kepada maestro kendang tunggal satu ini. Pak Sujud termasuk salah satu seniman yang memperkenalkan alat musik India, Doli-doli ke Indonesia,"ujarnya.

Pengamen jalanan

Sujud Sutrisno mengawali karier seninya sebagai pengamen jalanan. Ia mulai mengamen sejak usia 11 tahun. Kemahirannya bermain kendang merupakan warisan kedua orang tuanya yangjuga seniman kesenian Cokekan atau Pangkur Jenggleng.

"Banyak orang sudah pinter main musik gitar, organ, atau drum. Tapi, tak banyak yang bisa main kendang. Karena itu, saya ngamen pakai kendang,"ungkap Sujud.

Setelah setiap hari mengamen menyusuri Jalan Kentungan, Kolombo, hingga Babarsari, Yogyakarta, tahun 1979 Sujud dipanggil panitia acara Festival Kebudayaan Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ini adalah kesempatan pertama kali Sujud tampil di depan umum dalam sebuah panggung.

"Waktu itu saya dibayar Rp 35, jumlah yang gede untuk saat itu . Rasanya senang sekali,"ujarnya.

Setelah tampil di Jakarta, nama Sujud pun mulai dikenal di kalangan seniman. Dalam sebulan, ia kadang dipanggil tampil dua hingga delapan kali.

Selain tampil di panggung, hingga akhir tahun 2010 Sujud masih setia mengamen di jalan. Setiap kali tampil, Sujud selalu membawa kendang pendek miliknya. Ia memiliki persediaan 30 lagu. Sebanyak 15 lagu di antaranya adalah ciptaannya sendiri.

Namun demikian, kebutaan tiba-tiba melahap seluruh mata pencahariannya.Pada Senin (31/1/2011) malam, terkumpul dana Rp 11 juta dari para seniman dan penonton Jazz mBen Senen di Bentara Budaya, Yogyakarta. Meski tak banyak, mereka yang tergelak-gelak dengan syair lagu Pak Sujud yang kocak berharappemain kendang tunggal satu ini segera sembuh dari sakitnya.

Karena sering dilantunkan di sepanjang jalan, syair-syair gubahan Sujud tak asing bagi telinga masyarakat Yogyakarta. Kini,suara-suara kocak itu tak lagi terdengar. Semoga, kerelaan dan uluran tangan siapapun dapat mengembalikan Sujud Sutrisno kepanggungaslinya yang telah sebulan terpaksa ia tinggalkan.  

 ..... Mata indah bola ping pong, ono bocah kecemplung genthong...sido mulih numpak andong, tekan ngomah ketiban dondong.... 

Ah...lagu kocak Sujud masih saja enak didengarkan.Tak bisa dipungkiri, tak hanya komunitas Jazz mBen Senen saja yang kini merindukan suara dan keplakan kendang maestro kendang tunggal Sujud Sutrisno.

 

 

 

It never hurts to be well-informed with the latest on mobil keluarga ideal terbaik indonesia. Compare what you've learned here to future articles so that you can stay alert to changes in the area of mobil keluarga ideal terbaik indonesia.

No comments:

Post a Comment