Saturday, January 15, 2011

Medan, Punya Apa Kau

In today's world, it seems that almost any topic is open for debate. While I was gathering facts for this article, I was quite surprised to find some of the issues I thought were settled are actually still being openly discussed.
JAKARTA, KOMPAS.com - Audrey P Petriny kini pening. Corporate Communication Manager Indonesia AirAsia itu, baru saja dihubungi koleganya dari Hong Kong. Mereka meminta press-tour bagi jurnalis Hong Kong untuk dibawa ke Medan, dan Sumatera Utara. Tujuannya, untuk menjual Medan, supaya tentu saja, rute penerbangan Medan-Hong Kong menjadi laku.

Press tour itu, adalah konsekuensi dari gebrakan Indonesia AirAsia, pada Sabtu kemarin, dengan mendaulat Bandara Internasional Polonia, Medan, menjadi Bandar Udara hub, alias penghubung. Setelah sebelumnya membangun hub di Cengkareng, Bandung, Denpasar, dan Surabaya.

Dan hari ini, Minggu (16/1/2011), Indonesia AirAsia memang menerbangkan secara perdana rute Medan Hongkong. Airbus A320 itu, dijadwalkan terbang pada pukul 14.30 WIB dan tiba pukul 19.35 waktu Hong Kong.

"Dibawa ke mana ya di Medan?" tanya Audrey kepada Kompas.

Putri diplomat, yang masa remaja-nya dihabiskan di Eropa ini, tak sekadar bertanya. Istilah masa kininya, pertanyaan itu "dalem". Dia jelas mengerti Medan, orangtuanya asal Sumatera Utara. Boru Audrey adalah Pasaribu. Dia hanya ingin memastikan jurnalis dari Hong Kong itu, terkesan dengan Medan.

Hanya dengan menggoreskan kesan mendalam di benak dan hati para jurnalis itu, maka keelokan Medan dan Sumatera Utara dapat dipublikasikan bahkan di- getok-tularkan hingga Hong Kong. Sehingga, ada arus wisatawan mengalir ke Medan, dan membangkitkan ekonomi Medan; seperti halnya bangkitan ekonomi di Bandung akibat mengalirnya wisatawan mancanegara dari Kuala Lumpur.

Meski harus dicatat, karpet merah jangan hanya dibentangkan saat jurnalis itu datang. Tapi konsistensi pelayanan, bahkan kalau bisa peningkatan pelayanan harus mampu disodorkan bagi para wisatawan.

Jadi Medan, punya apa kau?

Maka, pertanyaan ini harus dijawab dengan membangun citra tersendiri, sebuah differensial. Bandung, telah memproklamirkan diri sebagai kota fashion dengan harga miring, dengan infrastruktur yang lebih baik. Maka, Medan harus menjual sisi lain.

Mungkinkah, menjual wisata Istana Maimun, yang dibangun Sultan Deli pada tahun 1888? Boleh jadi. Namun di buku Lonely Planet: Indonesia di halaman 386, masih dicantumkan, The building (Maimoon Palace) is badly in need of restoration. Buku Lonely Planet adalah buku wajib para backpacker dunia, jadi jelas sekali banyak pekerjaan rumah. Yang pertama, pastinya untuk menancapkan image positif di Lonely Planet.

You can see that there's practical value in learning more about mobil keluarga ideal terbaik indonesia. Can you think of ways to apply what's been covered so far?

Medan memang kaya bangunan tua. Itu bisa dijual. Dapat pula, ditawarkan wisata seperti Danau Toba, meski harus dibangun hotel yang benar-benar resik, dan dapat diterima oleh para wisatawan kelas dunia itu.

Ada pula, situs yang mungkin tepat dijual bagi wisatawan Hong Kong yakni rumah Tjong A Fie di Jalan Ahmad Yani, Medan. Rumah yang dibangun taipan keturunan China, lebih 100 tahun silam. Rumah yang menampilkan kejayaan, dan semoga tak kalah dengan rumah taipan di Hong Kong.

Meski, dibutuhkan informasi terinci soal Tjong A Fie. Dibutuhkan sokongan informasi dari sejarahwan dan display menarik untuk merangsang indera segenap wisatawan yang menyambangi rumah tua itu.

Dukungan

Peningnya Audrey, sebenarnya harus disikapi serius. Indonesia AirAsia dan AirAsia telah mengepakkan sayapnya makin lebar hingga regional. Dari awalnya, melayani Malaysia, membentuk maskapai patungan Thai Airasia, lantas Indonesia AirAsia, kemudian terakhir AirAsia Inc di Filipina.

Setelah menguasai regional Asia Tenggara, dengan AirAsia Inc segera melebarkan sayap hingga Korea dan Jepang. Langit Asia Tenggara dan Asia Timur, tak pelak lagi akan menjadi langit yang satu.

Pertanyaan besarnya, apakah AirAsia, dan juga Lion Air, Garuda, Sriwijayayang menerbangi rute-rute internasional itu, membawa berkah atau tidak? Jembatan udara itu apakah menguntungkan atau menyedot sumber daya kita?

Intinya, jangan sampai lebih banyak warga Medan ke Hong Kong, daripada warga Hong Kong yang melancong ke Medan. Dan hal ini, hanya bisa diatasi dengan dukungan Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk memenangkan hati warga Hong Kong yang sudah datang, untuk kembali datang, dan syukur-syukur membawa lebih banyak warga Hong Kong.

Banyak yang harus dikerjakan dengan simultan, paralel, dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Bukan cuma sekadar menyiapkan infrastruktur lebih baik, taksi yang lebih profesional, tapi juga mungkin, masyarakat yang lebih mampu melayani para wisatawan asal China, para orang kaya baru di China, yang kini membanjiri destinasi wisata di seluruh dunia.

Apa salahnya pula, memasang petunjuk wisata dalam bahasa Mandarin di Medan, untuk memudahkan wisatawan Hong Kong dan China, yang banyak dari mereka tak mengerti bahasa Inggris. Toh, pengumuman penerbangan di Polonia, juga ada yang dalam bahasa Mandarin, kan?

Horas!!!

Knowing enough about mobil keluarga ideal terbaik indonesia to make solid, informed choices cuts down on the fear factor. If you apply what you've just learned about mobil keluarga ideal terbaik indonesia, you should have nothing to worry about.

No comments:

Post a Comment