Tuesday, May 31, 2011

Hendro Bantah Al-Zaytun Sarang NII

Satu-satunya cara untuk mengikuti terbaru tentang
adalah untuk terus tinggal di mencari informasi baru. Jika Anda membaca segala sesuatu yang Anda temukan tentang
, itu tidak akan memakan waktu lama bagi Anda untuk menjadi otoritas yang berpengaruh.
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono membantah bahwa pondok pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat merupakan sarang kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Ia mengakui memang sering berkunjung ke pondok pesantren tersebut.

Bahkan, menurut Hendro, selain dirinya, beberapa pejabat penting seperti, Soeharto, BJ Habibie, dan Wiranto juga pernah berkunjung ke pondok pesantren pimpinan Panji Gumilang tersebut.

"Kalau kemarin saya jadi saksi pernikahan anak Panji Gumilang, ya, orang saya kenal dan diminta (jadi saksi) ya saya datang. Dan nanti tanggal 1 Juni itu katanya ada peringatan hari Pancasila, masa kayak begitu dikatakan NII," ujar Hendropriyono sesusai mengikuti seminar bertajuk 'Ancaman Terhadap Keamanan Nasional' di Hotel Millennium, Jakarta, Selasa (31/5/2011).

Kadang-kadang aspek yang paling penting dari subjek tidak segera jelas. Jauhkan membaca untuk mendapatkan gambaran yang lengkap.

Selain itu, lanjut Hendropriyono, pembuktian bahwa pondok pesantren tersebut bukan sarang NII, dapat dilihat dari beberapa hal. Salah satunya, adalah hasil dari penelitian tim dari Kementrian Agama, yang menyatakan ajaran pondok pesantren tersebut tidak ada ajaran yang menyalahi ajaran Islam.

"Gedung-gedung disana waktu pertama saya datang, ada meletakkan batu pertama pada gedung Bung Karno. Meutia Hatta juga datang kesitu meletakkan batu pertama pada gedung Bung Hatta. Nah, dua-duanya ini kan musuh NII, masa seperti ini dikatakan sarang NII," jelasnya.

Kalau pun ada orang yang direkrut menjadi NII dan kemudian menyumbang ke pondok pesantren tersebut, itu dapat dikatakan sebagai penipuan. Namun, lanjut Hendropriyono, sampai saat ini sulit mempidanakan kasus tersebut, karena orang yang menyumbang tersebut tidak pernah mengatakan kalau dirinya tertipu.

"Mereka mengaku rela kok untuk Islam, walaupun ada, biasanya orang-orang tua yang kehilangan laptop, atau uangnya dicuri anaknya. Nah, kalau begini, sudah jelas dia melaporkan anaknya. Tapi anaknya itu merasa tidak. Dan tidak masuk akal juga, jika anak itu katanya masuk NII, tapi dia diajarkan Pancasila," tuturnya.

Ketika ditanya apakah penjelasan tersebut, merupakan upaya untuk melindungi NII, Hendropiyono membantah. "Pakai apa melindungi, wong saya rakyat. Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada Al-Zaytun itu NII dan kalau kita tahu di dalam negara ada negara dan kita tidak lapor, pasti kita kena hukum," katanya.

Apakah ada benar-benar ada informasi tentang
yang nonesensial? Kita semua melihat hal-hal dari sudut yang berbeda, sehingga sesuatu yang relatif tidak signifikan untuk yang satu akan sangat penting untuk yang lain.

No comments:

Post a Comment