Saturday, May 14, 2011

Mbaya Optimistis pada Putusan CAS

info mutakhir tentang
tidak selalu hal yang termudah untuk mencari. Untungnya, laporan ini mencakup
info terbaru yang tersedia.
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengacara George Toisutta dan Arifin Panigoro, Patrick Mbaya, mengaku percaya Badan Arbitrase Olahraga (CAS) akan bersikap adil dan benar menangani masalah pencalonan kedua kliennya sebagai ketua umum PSSI yang terbentur larangan FIFA. Ia mengaku berharap CAS bisa menerbitkan putusan pada Rabu (18/5/2011).

Hal itu diungkapkan Mbaya dalam wawancara dengan Kompas melalui sambungan telepon internasional, Sabtu (14/5). Kami punya banyak peluang untuk menang atas FIFA dalam persidangan Badan Arbitrase Olahraga (CAS) karena FIFA melakukan beberapa kesalahan, pelanggaran yang ilegal, ujar Mbaya, pengacara Belgia kelahiran Kongo.

Ia mengadukan kasus pelarangan FIFA atas Toisutta dan Arifin kepada CAS terkait pencalonan keduanya untuk terpilih sebagai anggota Komite Eksekutif PSSI 2011-2015 dalam kongres 20 Mei mendatang. Toisutta dan Arifin, yang diusung sebagian besar anggota PSSI sebagai bagian reformasi PSSI, ditolak pencalonannya oleh Komite Normalisasi pimpinan Agum Gumelar.

Mbaya mengirimkan dua surat ke FIFA yang berisi pemberitahuan bahwa FIFA tak menjalankan Statuta FIFA ataupun Statuta PSSI saat mencekal Toisutta dan Arifin. Ia juga mengingatkan FIFA bahwa Kode Pemilihan yang dipakai sebagai dasar bekerja Komite Normalisasi tidak sah karena tidak diputuskan pada kongres.

FIFA membalas surat saya dengan surat yang menyebutkan, mereka (FIFA) telah memutuskan hal itu pada 1 April dalam sidang Komite Darurat. Itu saja. Lalu otoritas yang harus menerapkan Statuta FIFA dan Statuta PSSI bisa memutuskan hal lain. Itu jawaban yang saya terima dari FIFA, ujar Mbaya.

Tidak puas dengan jawaban itu, Mbaya mengajukan kasusnya ke CAS, badan peradilan tertinggi di olahraga yang memiliki kekuatan hukum tetap dan final. Keputusan CAS biasanya keluar dalam tiga atau empat bulan setelah kasus diajukan.

Informasi tentang
disajikan di sini akan melakukan salah satu dari dua hal: baik itu akan memperkuat apa yang anda ketahui tentang
atau akan mengajari Anda sesuatu yang baru. Keduanya hasil yang baik.

Namun Mbaya, yang juga mantan hakim di CAS, telah mengajukan permintaan khusus kepada Dewan Hakim CAS agar kasus Toisutta dan Arifin diprioritaskan karena mendesak untuk diputuskan terkait dengan jadwal Kongres PSSI pada 20 Mei.

Ya, saya berharap, keputusan itu keluar Rabu mendatang, kata Mbaya, Saya ingin FIFA mendeklarasikan kongres punya kekuatan dan jadi kekuatan legislatif serta kekuatan dalam pemilihan. Hal lain, agar klien saya masuk daftar calon pada kongres 20 Mei dan bisa dipilih. Hanya itu yang bisa memuaskan kami, bukan lainnya.

FIFA mengeluarkan pelarangan kepada Toisutta dan Arifin"bersama Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie"lewat Komite Darurat pada 1 April yang diumumkan lewat situs FIFA pada 4 April. Hal itu ditegaskan FIFA lagi melalui situsnya, 21 April, menyusul pertemuan Agum dengan Presiden FIFA Sepp Blatter serta Direktur Asosiasi Anggota dan Pengembangan Thierry Regenass di Zurich.

FIFA tidak menyebut alasan pelarangan mereka mencalonkan diri, kecuali merujuk pada putusan penolakan Komite Banding Pemilihan (KBP) pimpinan Tjipta Lesmana, 28 Februari. Dari hasil pemeriksaan KBP yang juga diakui FIFA dan dipimpin Ahmad Riyadh, surat putusan KBP 28 Februari tidak pernah ada.

Soal situasi darurat Mbaya memaparkan, FIFA tidak bisa menjadikan situasi luar biasa dalam persepakbolaan Indonesia sebagai alasan untuk melabrak berbagai aturan dalam Statuta FIFA dan Statuta PSSI.

Dengan mengacu pada Pasal 7 Ayat 2 Statuta FIFA, yang juga dirujuk FIFA saat mengumumkan pembentukan Komite Normalisasi pada 4 April, Mbaya menggarisbawahi bahwa dalam kondisi luar biasa, FIFA hanya bisa mencopot komite eksekutif. Namun, FIFA tak bisa menggantikan atau mengambil alih kongres yang jadi badan legislatif.

Dalam pengaduannya ke CAS, Mbaya memperkuat argumentasi dengan Statuta FIFA, Statuta PSSI, undang-undang Swiss, dan undang-undang RI. Ia memenangi kasus melawan FIFA, 10 tahun lalu, terkait dengan status Federasi Internasional Pesepak Bola Profesional (FIFPro).

Selain karena profesi, Mbaya mengaku tertarik menangani kasus sepak bola Indonesia juga karena solidaritas Asia-Afrika. Saya dari Kongo, Afrika. Saya ingin semua federasi dan asosiasi di dunia mendapat perlakuan adil FIFA, katanya. (SAM)

Bila kata mendapat sekitar tentang perintah Anda fakta
, orang lain yang perlu tahu tentang
akan mulai aktif mencari Anda.

No comments:

Post a Comment