Friday, May 13, 2011

Nenek Aryanti Terikat Janji pada Anaknya

Anda harus dapat menemukan beberapa fakta yang sangat diperlukan tentang
dalam paragraf berikut. Jika ada setidaknya satu fakta anda tidak tahu sebelumnya, bayangkan perbedaan itu bisa membuat.
JAKARTA, KOMPAS.com - Karena terikat janji pada almarhum putrinya, Aryati (56) harus memikul beban tanggungan yang terbilang berat. Dia harus memelihara tiga anak peninggalan putrinya, meskipun untuk membiayai hidupnya sendiri dia hampir tak berdaya.

Alhasil, ketiga cucunya dijadikan sarana untuk mencari nafkah. Saban hari dia mendudukkan ketiga cucunya di ujung Jalan Diponegoro, pertigaan Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat.

"Saya enggak berani menitipkan anak-anak ini ke panti (asuhan). Saya terikat janji ke anak saya sebelum dia meninggal. Dia sudah minta saya yang harus ngerawatin anak-anaknya dalam keadaan apapun," kata Aryati saat ditemui Kompas.com di lokasi tempat dia dan cucu mengemis, Kamis (12/5/2011).

Salah seorang cucunya, Mohamad Farizi (3), adalah penderita gizi buruk. Pengemis balita ini sempat dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama 15 hari belum lama ini.

"Sudah ada banyak yang meminta (memelihara ketiga cucunya). Beberapa tetangga juga panti asuhan sudah sering minta, tapi saya tolak. Saya takut ketiban karma karena ingkar janji," kata wanita yang sudah lama menjanda ini.

Aryati mengatakan, ayah ketiga cucunya itu menyusul istrinya 10 bulan lalu akibat kecelakaan mobil. Dia menduga, menantunya mengalami sial karena melanggar janji kepada isterinya. Karena itu, wanita asli Sukabumi, Jawa Barat, yang sejak kecil tinggal di Jakarta ini menolak untuk mengingkari janjinya.

Lihat berapa banyak Anda dapat belajar tentang
ketika Anda mengambil sedikit waktu untuk membaca sebuah artikel baik diteliti? Jangan lewatkan pada sisa informasi yang besar ini.

"Saya sendiri yang akan merawat anak-anak ini sampai saya meninggal," tegasnya.

Dia juga dengan tegas menolak saat dianjurkan agar ketiga cucunya diserahkan ke panti asuhan yang dikelola oleh pemerintah (Kementerian Sosial). "Jika pemerintah ingin membantu, lebih baik bantu biaya pendidikan cucu-cucu saya. Dendi (10) sudah kelas III SD, Deden harus masuk sekolah tahun ini tapi saya belum punya duit," katanya.

Demikian pula saat dijelaskan, tindakannya justru semakin merusak kondisi fisik dan mental cucunya. "Kalau saya punya keluarga, punya duit, saya tidak akan buat seperti ini. Untuk bayar sewakos yang Rp 250.000 sebulan saja saya mesti ngutang," ujar perempuan yang tinggal bersama ketiga cucunya di dekat Bioskop Nusantara, Gang 20, RT 01 RW 08, Kebon Pala, Tanah Rendah, Kampung Melayu, Jakarta Timur ini.

Aryati sebenarnya masih memiliki seorang putra. Namun, dengan profesi sebagai pengamen, menurut Aryati, putra sulungnya itu tak akan mampu membiayai hidup keluarganya ditambah ibu dan tiga keponakannya.

Fariz, Deden, dan Dendi adalah tiga pengemis cilik yang ditemani nenek mereka, Aryati, mangkal di daerah Salemba, Jakarta Pusat. Ketiganya sudah menjadi yatim piatu sejak 10 bulan lalu. Sementara nenek mereka adalah seorang janda yang sebelum memelihara ketiganya bekerja sebagai kuli cuci.

Si bungsu Fariz sempat dirawat di RSCM karena gizi buruk. Meski tetap mendapat kontrol gratis tiap tiga hari dari seorang dokter RSCM, kondisi Fariz masih terlihat kurus, dengan wajah kuyu dan kulit yang berkeriput. Perutnya pun tampak membuncit, menunjukkan tanda-tanda kurang gizi.

Yang membuat miris, tempat mereka mengemis hanya seratusan meter dari Kantor Kementerian Sosial RI di Jalan Salemba Raya.

Tentu saja, tidak mungkin untuk meletakkan segala sesuatu tentang
menjadi hanya satu artikel. Tapi kau tidak dapat menyangkal bahwa Anda baru saja ditambahkan ke pemahaman Anda tentang
, dan waktu itu dihabiskan dengan baik.

No comments:

Post a Comment