Tuesday, May 10, 2011

Waspada, Obat Pereda Nyeri Memicu Kanker

Anda harus dapat menemukan beberapa fakta yang sangat diperlukan tentang
dalam paragraf berikut. Jika ada setidaknya satu fakta anda tidak tahu sebelumnya, bayangkan perbedaan itu bisa membuat.
Kompas.com - Berhati-hatilah dalam menggunakan obat pereda nyeri dalam jangka panjang. Studi teranyar menunjukkan, konsumsi pereda nyeri golongan asetaminofen dan parasetamol meningkatkan risiko terkena kanker darah.

Meski risikonya termasuk rendah dan belum diketahui dengan pasti mekanismenya, namun hasil riset tersebut menambah bukti kaitan antara kanker dan obat pereda nyeri (painkiller).

Pada studi awal diketahui penggunaan aspirin memang bisa menurunkan risiko kematian akibat kanker kolon tetapi di lain pihak meningkatkan risiko perdarahan perut. Namun belum jelas apakah perdarahan itu karena kanker, darah atau hematologi.

"Sebelumnya hanya sedikit bukti yang menguatkan bahwa aspirin menurunkan risiko kanker hematologi (berkaitan dengan darah)," kata Emily White peneliti di bidang kanker.

Pada kasus-kasus individual memang terdapat kaitan konsumsi obat penghilang nyeri meningkatkan risiko kanker. Namun studi individual semacam itu tidak dianggap sebagai bukti ilmiah sebelum dilakukan studi pada populasi yang besar dalam jangka panjang.

"Studi yang kami lakukan ini sangat prospektif," kata White, meski ia belum bisa menyimpulkan obat analgesik menyebabkan kanker.

Dalam penelitiannya White dan tim mengikuti lebih dari 65.000 pria dan wanita berusia lanjut di negara bagian Washington, Amerika. Para responden ditanyakan kebiasaan mereka mengonsumsi obat pereda nyeri dalam 10 tahun terakhir dan dipastikan mereka tidak menderita kanker, kecuali kanker kulit.

Jika fakta
Anda out-of-date, bagaimana yang mempengaruhi tindakan dan keputusan? Pastikan Anda tidak membiarkan slip
informasi penting oleh Anda.

Dalam enam tahun sejak dimulainya studi, 577 orang atau kurang dari satu persen, menderita kanker yang melibatkan sel darah, misalnya limfoma.

Lebih dari 9 persen orang yang menderita kanker itu menggunakan obat pereda nyeri asetaminofen, dibandingkan dengan 5 persen orang yang juga mengonsumsi tapi tidak terkena kanker.

Kemudian setelah mempertimbangkan faktor usia, penyakit artritis dan riwayat keluarga yang menderita kanker darah, ternyata orang yang mengonsumsi obat pereda nyeri dalam jangka panjang memiliki risiko dua kali lebih besar menderita kanker.

"Orang yang berusia di atas 50 tahun memiliki risiko kanker darah dalam 10 tahun. Tetapi jika Anda mengonsumsi asetaminofen paling tidak empat kali dalam seminggu selama minimal empat tahun, risiko terkena kanker tadi akan naik menjadi dua persen," kata White.

Dalam penelitian ini tidak ditemukan kaitan antara obat pereda nyeri lain seperti ibuprofen dan aspirin.

Dr. Raymond DuBois, ahli pencegahan kanker mengatakan, asetaminofen atau parasetamol bekerja dengan cara berbeda dibanding obat analgesik lainnya sehingga memiliki efek berbeda pula pada kanker.

"Tapi tetap mengejutkan bahwa penggunaan asetaminofen ini meningkatkan risiko kanker darah," katanya.

Sementara itu produsen yang memproduksi Tylenol, obat pereda nyeri asetaminofen, tidak merespon hasil penelitian ini.

White juga mengatakan masih terlalu dini untuk membuat rekomendasi terkait dengan hasil penelitian ini. Meski begitu ia mengatakan tidak ada obat pereda nyeri yang bebas dari efek samping. "Penggunaan jangka panjang obat yang dijual bebas memang menimbulkan dampak berbahaya," katanya.

Tidak ada salahnya untuk baik-informasi yang terakhir pada
. Bandingkan apa yang telah Anda pelajari di sini ke artikel masa depan sehingga Anda dapat tetap waspada terhadap perubahan di bidang
.

No comments:

Post a Comment